Rekan Bambang dan Sketsa,
Saya memang prihatin dengan kondisi pendidikan di Indonesia yg semakin padat kurikulumnya namun untuk level university Top 10 world belum ada yang tembus di peringkat bergengsi tersebut.
Ditambah dengan kompetensi dosen atau guru yang ujung2 nya jatah uang tambahan.
Namun beban tunas2 bangsa terbebani, kalau dulu yg stress adalah golongan Pekerja dan Orang tua, saat ini justru tingkat anak SD sudah stress.
Putra saya saja buku2nya sangat banyak dan ketika dibawa dengan backpack beratnya lumayan untuk ukuran anak2 setingkat SD.
Belum lagi kedua putri saya sibuknya melebihi pekerja kantoran. Alasannya ya itu "kompetensi".
Dulu bangsa lain bangga sekolah di Indonesia bahkan banyak sekali mereka menimba ilmu disini.
Masa remaja dan anak2 nyaris terrsita oleh kesibukan belajar dan belajar tanpa paham utk apa dan bagaimana menciptakan temuan baru.
Salam,
IHA
Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message-----
From: mbatack <mbatack@yahoo.com>
Sender: Migas_Indonesia@yahoogroups.com
Date: Tue, 1 Nov 2011 18:20:31
To: Migas_Indonesia@yahoogroups.com<Migas_Indonesia@yahoogroups.com>
Reply-To: Migas_Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Oil&Gas] (OOT) Rhenald Kasali: Sekolah Untuk Apa?
Exactly, itu juga yang saya prihatinkan semenjak beberapa tahun terakhir. Saya pribadi melihat beban anak-anak SD-SMP-SMA sudah terlalu berlebihan, tanpa mengetahui kegunaannya untuk apa.
Bayangkan saja, untuk bisa masuk SD, calon siswa harus sudah bisa membaca, lha itu kan namanya kliru besar. Justru di SD anak-anak diajari membaca.
Beranjak ke SMA, setelah mereka juga dijejali dengan mata pelajaran yang "sak ndayak", masih harus ambil pendalaman tambahan diluar dengan tujuan satu, bagaimana menjawab soal-soal test masuk ke PT, tanpa adanya pemahaman apa yang ditanyakan dan dijawab. Pokoknya, "menjawabnya begini", pasti betul. Ibaratnya, siswa hanya tahu bahwa air mendidih pada temperatur 100 derajaty celcius, tetapi apa konsekuensi dari air yang mendidih tersebut, mbuuhhh...tanyalah pada angin yang berlalu.
Nah, dengan generasi yang "asal jawab", kira-kira akan kemana bangsa kita, saat mereka sudah menjadi "orang"?
Quo vadis, pendidikan di Indonesia?
Mungkin kekuatirannya akan menjadi stereotype sudara tua kita:
Untuk bisa menjad orang terpandang, harus bekerja diperusahaan yang ternama. Untuk itu, sebaiknya berasal dari lulusan PT terkenal, nah, lulusan SMA "top-10" akan diharuskan mengikuti biombingan belajar ABC, demikian seterusnya, ujung-ujungnya, bayi yang baru akan lahir sudah stress dulu, apakah orang-tua-ku berkualitas?
Bambang
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment