Alasannya lumpur lapindo ini karena didominasi oleh corporat perusahaan,mungkin berfikir ke benefit daripada keluar ongkos yg besar utk menuntaskan kasus lumpur lebih baik dituntaskan secara alami saja,biar alam yg menjawabnya,karena tidak murah utk menghentikan semburan lumpur daripada pengeborannya.
Begitupun gejala sampah yg semakin menumpuk karena ini cultur yg sudah diwariskan dari jaman dahulu,ingatkan jaman purba dulu,fosil2 itu berupa tumpukan sampah yg menggunung,mungkin culture orang indonesia masih menganut culture orang jaman purba,biar alam juga menuntaskan.
Saya sangat setuju untuk dibuat pembangkit listrik tenaga nuklir,disamping murah juga akan menjadi sumber energi dan perekonomian bangsa yg sangat reliable,bangunlah PLTN yg di dekat lepas pantai yg jarang penduduknya,atau kaya chernobil yg padat penduduknya,dimana ada failure hingga akhirnya accident terjadi ya itu akibat dari kelalaian,buktikanlah jangan hanya wacana saja,sementara utk study banding tentu akan menghabiskan dana yg lumayan apalagi study banding dilakukan sejak jama orba hingga jaman sby,brapa tuh uang yg dihabiskan,coba kalo dulu sdh dibangun mungkin cost equipment pasti lebih murah,dan skrg tidak perlu bicara banyak lagi.
Hemat saya PLTN baiknya dibuat di daerah2 padat seperti di kemacetan jakarta,atau yg gak jauh2 dari jakarta,misal pantai utara,ujung pulau jawa atau di salah satu pulau yg g berpenduduk,katanya indonesia punya beribu pulau,buktikan dong,india aja yg sistem birokrasinya kaya indonesia yg korupnya ga ketulungan bisa buat nuklir,gmana indonesia neh...pasti kita semua tau kemacetan adalah penghambat kenaikan ekonomi nasional,sementara PLTN adalah solusi menaikan derajat ekonomi yg tentunya yg sudah teruji baik di jepang yg sebentar lagi diklahkan korsel dlm bidang nuklir or anyother else.
Just my obek won
doel
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Indonesia Mau Membangun PLTN? (Semburan Lumpur & Sampah Saja Susah Diurusnya) Ribut-ribut Menristek dan lima orang anggota DPR ke Korea Selatan dan Jepang untuk studi banding pengembangan teknologi nuklir sebagai dasar pembangunan PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir) di Indonesia semakin bergema. Saya sendiri merasa aneh kenapa yang diributkan itu jalan-jalan studi bandingnya, kenapa bukan dampak dan analisis dari penerapan pembangunan PLTN itu di Indonesia. Isu mengenai pembangunan PLTN ini sudah mulai diwacanakan sejak era pemerintahan Presiden Soeharto terutama pada saat Dr. Ing. BJ. Habibie menjabat sebagai Menristek. Teknologi nuklir ini memang relatif lebih murah dan tidak tergantung pada sumber daya alam yang tidak diperbarui sehingga sangat diidam-idamkan oleh banyak negara sebagai sumber energi alternatif. Tragedi Chernobyl tidak menyurutkan banyak negara untuk tetap mengeksplorasi teknologi nuklir sebagai sumber energi mereka. Tapi yang menjadi pertanyaan saya adalah: "Sudah siapkah pemerintah kita mengelola sumber daya yang dasyat itu?" Seperti kita ketahui, tragedi Chernobyl terjadi karena didominasi oleh faktor kesalahan manusianya. Hal ini pun terkait juga kelemahan sisi manajemen dan birokrasi yang lumayan korup di lingkungan pemerintahan di sana. Nah, melihat kondisi tersebut tentunya cukup mengkhawatirkan kita. Jika menangani semburan lumpur panas Lapindo saja pemerintah kita kelabakan, bagaimana mungkin kita bisa percaya bahwa PLTN akan bisa dikelola lebih baik? Baiklah, jika kemudian dalih bahwa semburan lumpur panas Lapindo bersifat bencana alam yang sulit untuk dikendalikan, bagaimana dengan penanganan tragedi sampah di Bandung Raya? Kalau urusan sampah yang sudah seharusnya bisa diprediksikan dan dimanajemen dengan baik oleh manajemen pemerintahan dan birokrasi kita saja sudah tidak mampu menanganinya bagaimana dengan pengelolaan PLTN yang jika sampai terjadi bencana? Secara pribadi saya sangat mendukung diterapkannya energi nuklir di negara kita. Hanya saja jika paradigma para birokrat dan teknokrat negeri ini masih tetap sama seperti sekarang, lebih baik ditunda saja dulu. Selain itu yang saya heran, kok nggak studi banding ke Iran juga ya beliau-beliau itu? Frank Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia
![]()
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------




No comments:
Post a Comment