0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)
MARINE SURVEY

Tuesday, August 9, 2011

[Oil&Gas] [news] [EBT] Pengembangan Bioenergi Bergaya Keong

 

Potensi luar biasa tidak diimbangi dengan pengelolaan sumber daya secara optimal.

Tak seperti beberapa negara di dunia, Indonesia masih enggan melirik pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT). Padahal, pemerintah telah berkomitmen untuk menurunkan emisi penyebab perubahan iklim sebesar 26 persen pada 2020.

 

Baik pelaku industri maupun akademisi pun mengaku sedih dengan kondisi itu. Di mata Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Hilmi Panigoro, pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia sangat mengecewakan, meski blue print sudah disiapkan.

 

Sedangkan Rektor Universitas Darma Persada Jakarta, Kamaruddin Abdullah menambahkan, Indonesia memiliki potensi EBT yang luar biasa. "Mulai dari panas bumi, hydro, matahari, angin, nuklir sampai pada biomassa," ujarnya. Namun potensi luar biasa tersebut sangat tidak diimbangi dengan pengelolaan sumber daya secara optimal. "Ini sebuah ironi, yang harus kita cari jalan keluarnya," ucapnya

 

Pada prinsipnya bioenergi adalah energi yang diperoleh dari biomasa. Biomasa adalah bahan-bahan organik berumur relatif muda dan berasal dari tumbuhan atau hewan; produk dan limbah indusrti budidaya seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Bentuk-bentuk final terpenting bioenergi adalah bahan bakar nabati (biofuels) terutama berwujud cair, listrik biomasa (biomass-based electricity).

 

Bioenergi penting karena sistem energi dunia sedang diupayakan beralih dari berbasis fosil ke sumber daya terbarukan. Bioenergi menjadi jembatan transisi vital peralihan sistem energi berbasis sumber daya fosil ke sistem energi berbasis sumber daya terbarukan.Bioenergi merupakan komponen kunci dan jalur strategis dalam perjuangan mencapai Millenium Development Goals (MDGs).

 

Tonggak penting pengembangan bahan bakar nabati (BBN) di Indonesia bisa dilihat dengan terbitnya Perpres No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang menetapkan target kontribusi BBN terhadap pasokan energi nasional sebesar minimal 5 persen pada 2025. Lalu Inpres I tahun 2006 yang mengatur tugas berbagai kementerian dan pemerintah daerah di dalam mendorong pemanfaatan BBN. Disusul Keputusan Dirjen Migas No.3674 dan 3675, 17 Maret 2006 yang membolehkan bensin mengandung sampai dengan 10 persen vol bioethanol dan solar mengandung sampai dengan 10 persen-vol biodisel. Serta, Permen ESDM No.32 Tahun 2008 yang menetapkan pasokan BBN harus diutamakan dari dalam negeri.

 

Pada awal 2009, pemerintah dan DPR sebenarnya sepakat menyubsidi kepada BBN ketika harga BBN di atas harga MOPS. Perpres No.45 Tahun 2009 menetapkan status BBN yang tadinya diklasifikasikan sebagai bahan bakar lain (BBL) yang tidak disubsidi menjadi bahan bakar tertentu yang beroleh subsidi. Besar subsidi harga BBN yang disediakan Kementerian Keuangan rata-rata Rp1.000 per liter pada 2009 dan rata-rata Rp2.000 per liter pada 2010 dan 2011. Akan tetapi, sekalipun kapasitas produksi terpasang dalam negeri telah mencapai 3,9 juta kiloliter dan 272 ribu kilo liter bioethanol, penyerapan anggaran subsidi hanya sekitar 18 persen pada 2009 dan 28 persen pada 2010.

 

"Masalah utamanya harga yang ditetapkan untuk pembelian BBN tak cukup merangsang untuk memproduksi dan menjual BBN. Harga BBN sesuai harga patokan ekspor (HPE) Kementerian Perdagangan untuk komoditas turunan sawit," kata Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI),Tatang Hernas Soerawidjaja, kepada Jurnal Nasional, beberapa waktu lalu.

 

Misalnya, Bioethanol sesuai harga terbitan Argus Singapura +5 persen. Masalah lainnya, luar negeri mampu membeli molasses (bahan mentah utama produksi bioethanol) dengan harga lebih tinggi sehingga sebagian besar tetes diekspor. "Akibatnya industri bioethanol dalam negeri sulit mendapatkan bahan mentah," tandasnya.

 

Adapun Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) mengusulkan dukungan pemerintah terhadap ketersediaan lahan guna tumbuhan bahan baku bioenergi. Mereka minta Kementerian Pertanian untuk memberikan insentif dan kemudahan kepada industri perkebunan tebu-singkong dan sejenisnya untuk membuka lahan-lahan baru di luar Jawa guna pengembangan industri gula bioethanol terintegrasi termasuk pemanfaatan biomasanya.

 

Selain itu, pemerintah diminta memberikan dukungan dana dan insentif kepada kecamatan dan desa-desa dalam pemberdayaan Desa Mandiri Energi khususnya pemanfaatan biogas dan biomasa. Juga memberikan insentif kepada industri peternakan untuk memanfaatkan kotoran hewan dan biogas. Perlu diadakannya segera pilot project listrik berbasis biomassa, dengan insentif serta perlunya kebijakan fiskal bagi bagi ekspor biomassa. Dukungan kebijakan dan pelaksanaan kredit perbankan sangat diperlukan.

 

Selama ini, formula penetapan harga yang sekarang berlaku untuk pembelian bahan bakar nabati (BBN), tak cukup merangsang produsen untuk memproduksi dan menjual BBN. Untuk itu, pemerintah, produsen BBN dan pemangku kepentingan lain harus segera menyepakati formula baru penetapan harga pembelian BBN agar industri BBN dalam negeri bisa tumbuh sehat, kuat, dan dinamik.

 

Pemerintah perlu pula menerbitkan peraturan yang memprioritaskan bahan mentah domestik untuk diolah di dalam negeri menjadi BBN, sehingga peningkatan nilai tambah dan efek berganda yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas dapat terjadi di dalam negeri. Negara ini memiliki aneka bahan mentah lain yang potensial misalnya jarak pagar, nyamplung, kemiri sunan, sorgum, aren, dan nipah, tetapi potensinya tersebut masih harus ditingkatkan dan dibuktikan melalui upaya penelitian dan pengembangan yang tekun, cermat dan integratif.

 

Pembangunan industri bioenergi tentu harus menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability principles) yang komprehensif dan wajar. Untuk itu, pemerintah perlu mengupayakan agar Usaha Kecil Menengah bioetanol bisa berbisnis dengan lancar dan secara hukum bebas cukai. Selain BBN (biodiesel, dan bioethanol), biogas dan listrik berbasis biomasa perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengembangan.



__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment

LinkWithin2

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Jika anda merasa info ini berguna dan ingin mentraktir saya beli minuman, silahkan anda bisa mendonasikan sedikit rezeki anda dengan mengklik link dibawah ini:


Bisnis Tiket Pesawat Online

Disclaimer