Pak Yose, kenapa harus dirisaukan 1 USD = 8500 Rp, justru diharga seperti ini rupiah bisa jadi sudah terlalu kuat, tidak bagus juga kalau terlalu kuat karena bisa menggiring Indonesia lebih senang import, mematikan pasar export. Kita kan perlu berkompetisi dengan negara2 lain untuk menjual produk. China saja cendrung ingin melemahkan mata uangnya terhadap dolar supaya produknya kompetitif. Kalau rupiah terlalu lemah sampai diatas 10,000 tentu juga tidak bagus, karena pemerintah yg sudah terlanjur punya hutang dolar terpaksa makin banyak bayar hutang, dan import barang2 yg sangat diperlukan bisa terganggu, sehingga keseimbangan ekonomi terganggu. Tidak semua pihak suka rupiah menguat, dan tidak semua pihak juga suka rupiah melemah. Misalnya Para TKI penghasil dolar tentulah lebih suka kalau rupiah melemah. Tetapi bagi sebagian orang misalnya Pak Yose bisa jadi sebaliknya akan khawatir kalau rupiah melemah.
Jadi bukan besar kecilnya perbedaan kurs antara dolar dan rupiah yg menjadi masalah, tapi di nilai berapakah rupiah tsb bisa pas disemua pihak, itulah tugasnya BI untuk menjaga nilai rupiah dititik setimbangnya supaya kesetimbangan ekonomi terjaga.
Adalah perkara mudah membuat 1 USD = 1 Rupiah yaitu dengan pemaksaan kebijakan, tetapi apakah itu bisa membuat perekonomian berjalan baik. Oleh karena itu marilah membantu pemerintah mencarikan dolar sebanyak2 nya supaya rupiah menguat secara wajar, dan hutang pemerintah bisa berkurang dan suatu saat bebas hutang dan tidak memerlukan dolar lagi maka pada saat itulah rupiah menjadi benar2 kuat. Saya bukan mengajak Pak Yose untuk menjadi TKI, Pak Yose bisa memperoleh dolar dengan cara menjadi pengusaha misalnya. OK selamat berburu dolar.
salam, berlian
--- On Fri, 7/29/11, Yose <yoswill2001@yahoo.com> wrote:
From: Yose <yoswill2001@yahoo.com> Subject: Re: [Oil&Gas] (oil&gas) Masyarakat Indonesia di Qatar melawan KTKLN To: Migas_Indonesia@yahoogroups.com Date: Friday, July 29, 2011, 1:37 PM
Baru "mungkin". Sampai saat ini banyak pembicara Indonesia dari luar negeri, tapi 1 USD masih stabil di Rp 8500-8700. Ga tau kenapa. Saya berusaha berpikir mudah saja. Label "pahlawan" dan "penjahat", tentunya bukanlah hal sembarangan disematkan. Itu sih kata pikiran saya cuma kecil dibandingkan rekan-rekan di luar negeri. :)
Regards, Yose M.
Sent from anywhere® powered by electricity.
From: Dirman Artib <dir.art@gmail.com> Sender: Migas_Indonesia@yahoogroups.com Date: Fri, 29 Jul 2011 16:21:28 +0400 To: <Migas_Indonesia@yahoogroups.com> ReplyTo: Migas_Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Oil&Gas] (oil&gas) Masyarakat Indonesia di Qatar melawan KTKLN
Oh ya...tambahan Pak Yos, bahwa devisa yg dihasilkan teman-teman TKI dan TKW itu ternyata melebihi devisa migas yg dihisap dari bumi Indonesia. Jadi mungkin lebih baik rekan-rekan kerja di LN sebanyak-banyaknya, mungkin 1 USD akan jadi cuma 4000 perak.
Gimana pak Yos ? Minat ?
Salam,
d'Art 2011/7/29 Dirman Artib <dir.art@gmail.com> Pak Yose belum tahu ya, kalau kita mengirim duit buat keluarga, itu berarti kita membeli Rupiah yg tersedia di pasar, dan permintaan thd Rupiah akan tinggi dan menaikan nilai Rupiah, sehingga secara relative nilai mata uang asing akan sedikit menurun. Nah, kalau kita membeli Rupiah, berarti nilai mata uang asing spt. USD akan dibukukanlebih banyak di Indonesia, sehinga itulah yang dinamakan Devisa. Kalau Pak Yos mau jadi pahlawan tanpa memanggul senjata, ayuk sini ke Qatar jadi pahlawan devisa.
Kalau nggak ada pekerja LN kayak Pak Pala, maka mungkin sekarang 1 USD 15.000, nah mobil Pak Yos nggak bakal bisa jalan, karena pemerimtah nggak punya banyak duit buat mengimpor minyak yg nggak cukup 970-an rb barel tsb, dan obat-obatan akan mahal, karena bahan baku obat hampir semua diimpor.
Nah, setuju nggak Pak Yos ?
Oh ya, selain pekerja LN, yg jadi pahlawan devisa itu juga para pekerja perusahaan yang produknya di ekspor, misalnya para pengrajin, sepatu, tas kulit, kelapa sawit, penakik getah di hutan Sumatera.
Kalau ada pahlawan, tentu ada penjahat, nah silahkan sebutkan profesi-profesi sebagai penjahat, hayuuk...
Salam,
d;Art
2011/7/29 Yose <yoswill2001@yahoo.com> Membantu menghasilkan devisa untuk negara? Tidak terlalu jauh tuh, pak? :)
Regards, Yose M.
Sent from anywhere® powered by electricity.
Date: Fri, 29 Jul 2011 07:11:43 -0000 Subject: Re: [Oil&Gas] (oil&gas) Masyarakat Indonesia di Qatar melawan KTKLN
Rekan2, kemaren saya dapat SMS dari teman yg cuti ke Batam, dia bikin kartu KTKLN, menurut dia syarat yg di minta adalah: 1.Copy Passport. 2.Kontrak kerja. 3.Permit. 4.surat suka cita dari imigrasi Malaysia. 5.Duit Rp 400.000,- untuk bikin asuransi. embel2 no.5 itu yg membuat saya gerah... karena yg namanya asuransi sifatnya tidak wajib dan sdh sejauh mana management asuransi tersebut dapat membayar dan meng-investigasi jika terjadi masalah dgn orang yg bekerja di luar negri dan tolong jelaskan apa saja yg di cover oleh asuransi tersebut, maaf kata.. apa sudah kelas International asuransi tersebut, terus terang apapun alasannya saya tidak percaya kalau asuransi tersebut belum bekerja sama dengan asuransi asing, kecuali kalau untuk kita yg bekerja di dalam negri. saya mohon kepada penegak hukum di negri ini, kalau ada penyalah gunaan wewenang oleh oknum yg di Batam tersebut segera di tindak, karena kami bekerja di luar negri dgn usaha sendiri dan menghasilkan Devisa untuk membantu negri tercinta ini... masih banyak koruptor yg belum di tangkap...kembali ke Laptop Pala --- In Migas_Indonesia@yahoogroups.com, hotma parasian <myname_parasian@...> wrote: > > Kalau ini benar2 terjadi, dikuatirkan bapak2 yang bekerja di qatar tidak bisa pulang kampuang nan jauh dimato, > > hehehe, cuma canda jangan dibawa serius udo, tapi memang saran saya sebagai warga negara yg baik dan selalu > mengakui sila ke_5 pancasila semestinya tidak begitu dong...bukankah kita mesti tunduk sama pemerintah? > Salam, > FHP
|
No comments:
Post a Comment