0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)
MARINE SURVEY

Monday, October 31, 2011

Re: [Oil&Gas] [SAFETY] Jarak Isolation Valve untuk Fire Water Ring Main

 

Mas David,
Setahu saya, isolation valve di FW Line itu untuk kebutuhan Maintenance Strategi jika ada pekerjaan di Line tersebut.  
Penjelasan seperti apa, yang anda harapkan di Code/Standard mengenai Isolation Valve ?
Salam,
A Munawir
 
2011/10/31 David Sugiantoro <david.sugiantoro@gmail.com>
 

Dear Rekan Migas,

 

 

Mohon infonya via japri jika ada yang mengetahui code atau standard yg menyatakan jarak maksimum antar isolation valve pada fire water ring main. Saya sudah membaca beberapa standard tetapi saya belum menemukan standard yg menyatakan secara detail berapa jarak maksimum pada fire water distribution line sehingga harus diberi isolation valve. Atas bantuannya, saya ucapkan banayak terima kasih.

 

 

Salam,

David



__________ Information from ESET NOD32 Antivirus, version of virus signature database 6588 (20111030) __________

The message was checked by ESET NOD32 Antivirus.

http://www.eset.com


__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

[Oil&Gas] SAMSUNG EPC di Indonesia

 

Dear Rekan Milis,

Mohon bantuan informasinya, apa ada diantara rekan-rekan milis yang tahu alamat dr Samsung EPC Office Representative di Indonesia?
Terima kasih atas bantuan informasinya.
 
  Regards,
     

Iwan Ludwig


" I can do everything through HIM who gives me strength "
" Cursed is the one who trust in man...Who depends on flesh for his strength......and Whose heart turns away from the LORD "



__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Re: [Oil&Gas] Sertifikasi profesi: PMI ..?

 

Betul mas Rio, dari pengalaman saya begitu pula, certificate itu (mungkin)preferred tapi tak menentukan. Experience seseorang lebih berbicara ketika seseorang interview suatu pekerjaan. Apalagi ketika certificate itu menjadi komoditi yang diperjual belikan.
Salam

Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: <rio.hendiga@akersolutions.com>
Sender: Migas_Indonesia@yahoogroups.com
Date: Tue, 1 Nov 2011 03:06:20 +0100
To: <Migas_Indonesia@yahoogroups.com>
ReplyTo: Migas_Indonesia@yahoogroups.com
Subject: RE: [Oil&Gas] Sertifikasi profesi: PMI ..?

 

Justru hal ini bertolak belakang dg yang saya alami sekarang ini. Mayoritas lowongan pekerjaan meminta minimal lulusan S1, setelah itu baru certifikat tertentu yg diminta. Seharusnya para mahasiswa S1 sangat bersyukur diberikan rizky yg cukup ( mungkin lebih ) hingga bisa ke jenjang S1 ( karena mahal buanget biaya kuliah S1 sekarang ). Karena dari pengalaman saya biasanya screening lamaran dilakukan pertama kali berdasar tingkat pendidikan, walaupun kadang memang mengijinkan ( req. lulusan S1 ) diisi oleh lulusan D3 namun mesti punya experience sampai puluhan tahun jadinya agak susah memang untuk lulusan D3 lolos screening awal.
 
Kalau masalah cepat dapat kerja antara D3 dg S1, memang kuota untuk lulusan D3 lebih banyak dan itu wajar, namun posisinya jarang yang tinggi / staff. Karena itu terkadang untuk mengejar posisi yang lebih tinggi wajar sekali jika para lulusan D3 mengikuti kursus-kursus tertentu penunjang karier mereka. Meski demikian dalam hal bekerja sebenarnya kualitasnya ndak jauh berbeda, tergantung individu masing-masing.
 
 
BR
Rio Hendiga


From: Migas_Indonesia@yahoogroups.com [mailto:Migas_Indonesia@yahoogroups.com] On Behalf Of Dewi Ika
Sent: Monday, October 31, 2011 9:43 AM
To: Migas_Indonesia@yahoogroups.com
Subject: [Oil&Gas] Sertifikasi profesi: PMI ..?

 

Ikutan tambahkan pemikiran

Mungkin masih bersyukur kalau sertifikasi profesi Project Management Indonesia berlaku umum untuk semua sektor dan jenis industri.
Diusahakan saja seperti itu, kalau tidak repot

Sharing dari profesi K3, dimana jika praktisi K3 yang umumnya kerja kontrak dan  pindah2 sektor industri,
harus punya sertifikasi lebih dari satu seperti :
1. AK3 umum depnaker 8jutaan
2. AK3 Migas 6-8 jutaan
3. AK3 Konstruksi , juga 6jutaan
4. Ahli Muda/Madya/Utama  dari LSP cq BSNP segitu juga
5. ada lagi nanti Ahli K3 Kimia dsb.

Permasalahan uang tidak jadi masalah karena iming2 gawean  menghutangpun dilakukan
Tapi izin seminggu lebih utk trainingnya sulit dapatka cuti meski bayar sendiri dan korbankan cuti tahunan.

Kenyataannya lebih laku sertifikasi ini daripada ijasah S1 or S2.
sampai mahasiswaku S1 bertanya "Bu, kita ambil D3 asal2an saja plus AK3 Migas, kali lebih laku (cepet kerja) ya..."
mahasiswa S2 bertanya," Setelah lulus, nilai tambah kita di industri apa bu...Dimana ada requirement perlu S2 K3?..."

Jawab saya cuma.' Ijazah tidak memberi nilai tambah, diri sendirilah yang membuatnya bernilai" (jawaban gini karena tak tahu harus jawab apa). Paling jadi dosen /peneliti  atau NGO yang prefer memilih izajah  S2/S3 dari pada sertifikasi.

Kira-kira siapa ya yang bisa jadi pemain utama agar sertifikasi ini sejalan dengan tujuan aslinya (bukan jualan semata)?

Hanya pendapat saja.

Salam
Dewi


This e-mail and any attachment are confidential and may be privileged or otherwise protected from disclosure. It is solely intended for the person(s) named above. If you are not the intended recipient, any reading, use, disclosure, copying or distribution of all or parts of this e-mail or associated attachments is strictly prohibited. If you are not an intended recipient, please notify the sender immediately by replying to this message or by telephone and delete this e-mail and any attachments permanently from your system.

__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Bls: [Oil&Gas] (OOT) Rhenald Kasali: Sekolah Untuk Apa?

 

Inspiring banget :)

sepertinya semua cerminan bangsa Indonesia sudah tertuang di dalam lagu "Dari sabang sampai Merauke"

di salah satu lirik lagunya berbunyi "... itulah Indonesia"

jadi ,,,
Orang mau pintar, susah !! ..... Itulah Indonesia
Orang mau sehat, susah !! ...... Itulah Indonesia
Orang mau disiplin, susah !! ... itulah Indonesia
Orang mau taat, susah !! ....... Itulah Indonesia
Orang mau maju, susah !! ....... Itulah Indonesia

yah bukan maksud saya mau meng-Generalisasi, ambil positifnya aja.
karena susah ada USAHA
karena susah ada TANTANGAN
karena susah ada KEMAJUAN
karena susah ada KEMERDEKAAN
karena susah ada INDONESIA

:)

Abdi-ku untuk-mu, Indonesia
 
AKB
Saving Better than Spending, include your life

Dari: Sketska N. <sketska@gmail.com>
Kepada: Migas_Indonesia <Migas_Indonesia@yahoogroups.com>
Dikirim: Selasa, 1 November 2011 9:32
Judul: [Oil&Gas] (OOT) Rhenald Kasali: Sekolah Untuk Apa?

 
Refreshing di tengah pertanyaan2 sertifikasi ... Semoga bermanfaat

Salam
Sketska N.

---------- Forwarded message ----------

-----Original Message-----

Sekolah Untuk Apa?

07 July 2011   Beberapa hari ini kita membaca berita betapa sulitnya
anak-anak mencari sekolah.Masuk universitas pilihan susahnya setengah mati.
Kalaupun diterima, bak lolos dari lubang jarum. Sudah masuk ternyata banyak
yang "salah kamar".

Sudah sering saya mengajak dialog mahasiswa yang bermasalah dalam
perkuliahan, yang begitu digali selalu mengatakan mereka masuk jurusan yang
salah. Demikianlah, diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) masalah, tidak
diterima juga masalah. Kalau ada uang bisa kuliah di mana saja.

Bagaimana kalau uang tak ada? Hampir semua orang ingin menjadi sarjana,
bahkan masuk program S-2. Jadi birokrat atau jenderal pun sekarang banyak
yang ingin punya gelar S- 3. Persoalan seperti itu saya hadapi waktu lulus
SMA, 30 tahun lalu, dan ternyata masih menjadi masalah hari ini.

Sekarang, memilih SMP dan SMA pun sama sulitnya. Mengapa hanya soal
memindahkan anak ke sekolah negeri lain saja lantaran pindah rumah biayanya
begitu besar? Padahal bangku sekolah masih banyak yang kosong. Masuk sekolah
susah, pindah juga sulit, diterima di perguruan tinggi untung-untungan, cari
kerja susahnya minta ampun.

Lengkap sudah masalah kita. Kalau kita sepakat sekolah adalah jembatan untuk
mengangkat kesejahteraan dan daya saing bangsa, mengapa dibuat sulit? Lantas
apa yang harus dilakukan orang tua? Jadi sekolah untuk apa di negeri yang
serbasulit ini?

Kesadaran Membangun SDM

Lebih dari 25 tahun yang lalu, saat berkuasa, Perdana Menteri (PM) Malaysia
Mahathir Mohamad sadar betul pentingnya pembangunan sumber daya manusia
(SDM). Dia pun mengirim puluhan ribu sarjana mengambil gelar S-2 dan S-3 ke
berbagai negara maju.

Hal serupa juga dilakukan China. Tidak sampai 10 tahun,lulusan terbaik itu
sudah siap mengisi perekonomian negara. Hasilnya Anda bisa lihat sekarang.
BUMN di negara itu dipimpin orang-orang hebat, demikian pula perusahaan
swasta dan birokrasinya. Perubahan bukan hanya sampai di situ.

Orang-orang muda yang kembali ke negerinya secara masif me-reform sistem
pendidikan. Tradisi lama yang terlalu kognitif dibongkar. Old ways teaching
yang terlalu berpusat pada guru dan papan tulis,serta peran brain memory
(hafalan dan rumus) yang dominan mulai ditinggalkan.

Mereka membongkar kurikulum, memperbaiki metode pengajaran, dan
seterusnya.Tak mengherankan kalau sekolahsekolah di berbagai belahan dunia
pun mulai berubah. Di negeri Belanda saya sempat terbengong-bengong
menyaksikan bagaimana universitas seterkenal Erasmus begitu mudah menerima
mahasiswa.

"Semua warga negara punya hak untuk mendapat pendidikan yang layak, jadi
mereka yang mendaftar harus kami terima," ujar seorang dekan di Erasmus.
Beda benar dengan universitas negeri kita yang diberi privilege untuk
mencari dan mendapatkan lulusan SLTA yang terbaik.

Seleksinya sangat ketat. Lantas bagaimana membangun bangsa dari lulusan yang
asal masuk ini? "Mudah saja," ujar dekan itu. "Kita potong di tahun kedua.
Masuk tahun kedua, angka drop out tinggi sekali. Di sinilah kita baru bicara
kualitas, sebab walaupun semua orang bicara hak, soal kemampuan dan minat
bisa membuat masa depan berbeda,"ujarnya.

Hal senada juga saya saksikan hari-hari ini di Selandia Baru. Meski
murid-murid yang kuliah sudah dipersiapkan sejak di tingkat SLTA, angka drop
out mahasiswa tahun pertama cukup tinggi.Mereka pindah ke politeknik yang
hanya butuh satu tahun kuliah. Yang lebih mengejutkan saya adalah saat
memindahkan anak bersekolah di tingkat SLTA di Selandia Baru.

Sekolah yang kami tuju tentu saja sekolah yang terbaik, masuk dalam 10 besar
nasional dengan fasilitas dan guru yang baik. Saya menghabiskan waktu
beberapa hari untuk mewawancarai lulusan sekolah itu masing-masing, ikut
tour keliling sekolah, menanyakan kurikulum dan mengintip bagaimana
pelajaran diajarkan.

Di luar dugaan saya, pindah sekolah ke sini pun ternyata begitu mudah. Sudah
lama saya gelisah dengan metode pembelajaran di sekolah-sekolah kita yang
terlalu kognitif, dengan guruguru yang merasa hebat kalau muridnya bisa
dapat nilai ratarata di atas 80 (betapapun stresnya mereka) dan sebaliknya
memandang rendah terhadap murid aktif, namun tak menguasai semua subjek.

Potensi anak hanya dilihat dari nilai, yang merupakan cerminan kemampuan
mengopi isi buku dan catatan. Entah di mana keguruan itu muncul kalau
sekolah tak mengajarkan critical thinking. Kita mengkritik lulusan yang
biasa membebek, tapi tak berhenti menciptakan bebek-bebek dogmatik.

Kalau lulusannya mudah diterima di sekolah yang baik di luar negeri,mungkin
guruguru kita akan menganggap sekolahnya begitu bagus. Mohon maaf, ternyata
tidak demikian. Jangankan dibaca, diminta transkrip nilainya pun tidak. Maka
jangan heran, anak dari daerah terpencil pun di Indonesia, bisa dengan mudah
diterima di sekolah yang baik di luar negeri.

Bahkan tanpa tes. Apa yang membuat demikian? "Undang-undang menjamin semua
orang punya hak yang sama untuk belajar," ujar seorang guru di Selandia
Baru. Lantas, bukankah kualitas lulusan ditentukan input-nya? "Itu ada
benarnya, tapi bukan segala-galanya," ujar putra sulung saya yang kuliah di
Auckland University tahun ketiga.

Maksudnya,tes masuk tetap ada,tetapi hanya dipakai untuk penempatan dan
kualifikasi. Di tingkat SLTA, mereka hanya diwajibkan mengambil dua mata
pelajaran wajib (compulsory) yaitu Matematika dan Bahasa Inggris. Pada dua
mata pelajaran ini pun mereka punya tiga kategori: akselerasi, rata-rata,
dan yang masih butuh bimbingan.

Sekolah dilarang hanya menerima anakanak bernilai akademik tinggi karena
dapat menimbulkan guncangan karakter pada masa depan anak, khususnya
sifat-sifat superioritas, arogansi, dan kurang empati. Mereka hanya super di
kedua kelas itu, di kelas lain mereka berbaur.

Dan belum tentu superior di kelas lain karena pengajaran tidak hanya
diberikan secara kognitif. Selebihnya, hanya ada empat mata pelajaran
pilihan lain yang disesuaikan dengan tujuan masa depan masingmasing. Bagi
mereka yang bercita- cita menjadi dokter, biologi dan ilmu kimia wajib
dikuasai.

Bagi yang akan menjadi insinyur wajib menguasai fisika dan kimia. Sedangkan
bagi yang ingin menjadi ekonom wajib mendalami accounting, statistik,dan
ekonomi. Anak-anak yang ingin menjadi ekonom tak perlu belajar biologi dan
fisika. Beda benar dengan anak-anak kita yang harus mengambil 16 mata
pelajaran di tingkat SLTA di sini, dan semuanya diwajibkan lulus di atas
kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Bayangkan, bukankah citacita pembuat kurikulum itu orangnya hebat sekali?
Mungkin dia manusia super.Seorang lulusan SLTA tahun pertama harus menguasai
empat bidang sains (biologi,ilmu kimia, fisika, dan matematika), lalu tiga
bahasa (Bahasa Indonesia, Inggris, dan satu bahasa lain), ditambah PPKN,
sejarah, sosiologi, ekonomi, agama, geografi, kesenian, olahraga, dan
komputer.

Hebat sekali bukan? Tidak mengherankan kalau sekolah menjadi sangat
menakutkan, stressful, banyak korban kesurupan, terbiasa mencontek, dan
sebagainya. Harus diakui kurikulum SLTA kita sangat berat. Seperti kurikulum
program S-1 20 tahun lalu yang sejajar dengan program S-1 yang digabung
hingga S-3 di Amerika.

Setelah direformasi, kini anak-anak kita bisa lulus sarjana tiga tahun.
Padahal dulu butuh lima tahun. Dulu program doktor menyelesaikan di atas 100
SKS, sehingga hampir tak ada yang lulus. Kini seseorang bisa lulus doktor
dalam tiga tahun. Anda bisa saja mengatakan, dulu kita juga demikian, tapi
tak ada masalah kok!

Di mana masalahnya? Masalahnya, saat ini banyak hal telah berubah. Teknologi
telah mengubah banyak hal, anakanak kita dikepung informasi yang lebih
bersifat pendalaman dan banyak pilihan, tapi datang dengan lebih
menyenangkan. Belajar bukan hanya dari guru, melainkan dari segala
resources.

Ilmu belajar menjadi lebih penting dari apa yang dipelajari itu
sendiri,sehingga diperlukan lebih dari seorang pengajar, yaitu pendidik.
Guru tak bisa lagi memberikan semua isi buku untuk dihafalkan, tetapi guru
dituntut memberikan bagaimana hidup tanpa guru, lifelong learning.

Saya saksikan metode belajar telah jauh berubah. Seorang guru di West Lake
Boys School di Auckland mengatakan, "Kami sudah meninggalkan old ways
teaching sejak 10 tahun lalu. Maka itu, sekolah sekarang harus memberikan
lebih banyak pilihan daripada paksaan. Percuma memberi banyak pengetahuan
kalau tak bisa dikunyah. Guru kami ubah,metode diperbarui,fasilitas baru
dibangun," ujar seorang guru.

Masih banyak yang ingin saya diskusikan,tapi sampai di sini ada baiknya kita
berefleksi sejenak. Untuk apa kita menciptakan sekolah dan untuk apa kita
bersekolah? Mudahmudahan kita bisa mendiskusikan lebih dalam minggu depan
dan semoga anak-anak kita mendapatkan masa depan yang lebih baik.

 RHENALD KASALI Ketua Program MM UI


__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Re: [Oil&Gas] Up Date Info Bedah Buku untk Project Control Tools Pemula di Oil Gas

 

Dear Ibu Vinny,

Mohon saya diikut sertakan dalam event ini.

Terima Kasih banyak.

Salam,

Surono MPM


From: vinny muharam <nrsvinny@yahoo.com>
To: "ProjectControls_Indonesia@yahoogroups.com" <ProjectControls_Indonesia@yahoogroups.com>; "Migas_Indonesia@yahoogroups.com" <Migas_Indonesia@yahoogroups.com>
Cc: insy rahman <insyi74@yahoo.com.sg>; Alex Iskandar <axlpce@gmail.com>
Sent: Tuesday, 1 November 2011 8:20 AM
Subject: [Oil&Gas] Up Date Info Bedah Buku untk Project Control Tools Pemula di Oil Gas

 
Dear Rekan Migas,

Sampai saat ini yang mendaftar untuk acara tgl 10 November 2011 asalah:

1. Muhammad Khadafi
2. Denny Wirawan- Petroleum S.A.
3. Abdulkadir- PT Kondur Petroleum SA
4. Heri Wibowo- ENCONA
5. Andy Indradjaja
6. Sari Amelia
7. Nu'man L- PT RKI
8. Jauhara Johan
9.
Saprilia Rahma Putri
10.
Renova
11.Husein Alkaff

silahkan mendaftar, kapasitas hanya untuk 30 org

Best Regards


__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

[Oil&Gas] (OOT) Rhenald Kasali: Sekolah Untuk Apa?

 

Refreshing di tengah pertanyaan2 sertifikasi ... Semoga bermanfaat

Salam
Sketska N.

---------- Forwarded message ----------

-----Original Message-----

Sekolah Untuk Apa?

07 July 2011   Beberapa hari ini kita membaca berita betapa sulitnya
anak-anak mencari sekolah.Masuk universitas pilihan susahnya setengah mati.
Kalaupun diterima, bak lolos dari lubang jarum. Sudah masuk ternyata banyak
yang "salah kamar".

Sudah sering saya mengajak dialog mahasiswa yang bermasalah dalam
perkuliahan, yang begitu digali selalu mengatakan mereka masuk jurusan yang
salah. Demikianlah, diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) masalah, tidak
diterima juga masalah. Kalau ada uang bisa kuliah di mana saja.

Bagaimana kalau uang tak ada? Hampir semua orang ingin menjadi sarjana,
bahkan masuk program S-2. Jadi birokrat atau jenderal pun sekarang banyak
yang ingin punya gelar S- 3. Persoalan seperti itu saya hadapi waktu lulus
SMA, 30 tahun lalu, dan ternyata masih menjadi masalah hari ini.

Sekarang, memilih SMP dan SMA pun sama sulitnya. Mengapa hanya soal
memindahkan anak ke sekolah negeri lain saja lantaran pindah rumah biayanya
begitu besar? Padahal bangku sekolah masih banyak yang kosong. Masuk sekolah
susah, pindah juga sulit, diterima di perguruan tinggi untung-untungan, cari
kerja susahnya minta ampun.

Lengkap sudah masalah kita. Kalau kita sepakat sekolah adalah jembatan untuk
mengangkat kesejahteraan dan daya saing bangsa, mengapa dibuat sulit? Lantas
apa yang harus dilakukan orang tua? Jadi sekolah untuk apa di negeri yang
serbasulit ini?

Kesadaran Membangun SDM

Lebih dari 25 tahun yang lalu, saat berkuasa, Perdana Menteri (PM) Malaysia
Mahathir Mohamad sadar betul pentingnya pembangunan sumber daya manusia
(SDM). Dia pun mengirim puluhan ribu sarjana mengambil gelar S-2 dan S-3 ke
berbagai negara maju.

Hal serupa juga dilakukan China. Tidak sampai 10 tahun,lulusan terbaik itu
sudah siap mengisi perekonomian negara. Hasilnya Anda bisa lihat sekarang.
BUMN di negara itu dipimpin orang-orang hebat, demikian pula perusahaan
swasta dan birokrasinya. Perubahan bukan hanya sampai di situ.

Orang-orang muda yang kembali ke negerinya secara masif me-reform sistem
pendidikan. Tradisi lama yang terlalu kognitif dibongkar. Old ways teaching
yang terlalu berpusat pada guru dan papan tulis,serta peran brain memory
(hafalan dan rumus) yang dominan mulai ditinggalkan.

Mereka membongkar kurikulum, memperbaiki metode pengajaran, dan
seterusnya.Tak mengherankan kalau sekolahsekolah di berbagai belahan dunia
pun mulai berubah. Di negeri Belanda saya sempat terbengong-bengong
menyaksikan bagaimana universitas seterkenal Erasmus begitu mudah menerima
mahasiswa.

"Semua warga negara punya hak untuk mendapat pendidikan yang layak, jadi
mereka yang mendaftar harus kami terima," ujar seorang dekan di Erasmus.
Beda benar dengan universitas negeri kita yang diberi privilege untuk
mencari dan mendapatkan lulusan SLTA yang terbaik.

Seleksinya sangat ketat. Lantas bagaimana membangun bangsa dari lulusan yang
asal masuk ini? "Mudah saja," ujar dekan itu. "Kita potong di tahun kedua.
Masuk tahun kedua, angka drop out tinggi sekali. Di sinilah kita baru bicara
kualitas, sebab walaupun semua orang bicara hak, soal kemampuan dan minat
bisa membuat masa depan berbeda,"ujarnya.

Hal senada juga saya saksikan hari-hari ini di Selandia Baru. Meski
murid-murid yang kuliah sudah dipersiapkan sejak di tingkat SLTA, angka drop
out mahasiswa tahun pertama cukup tinggi.Mereka pindah ke politeknik yang
hanya butuh satu tahun kuliah. Yang lebih mengejutkan saya adalah saat
memindahkan anak bersekolah di tingkat SLTA di Selandia Baru.

Sekolah yang kami tuju tentu saja sekolah yang terbaik, masuk dalam 10 besar
nasional dengan fasilitas dan guru yang baik. Saya menghabiskan waktu
beberapa hari untuk mewawancarai lulusan sekolah itu masing-masing, ikut
tour keliling sekolah, menanyakan kurikulum dan mengintip bagaimana
pelajaran diajarkan.

Di luar dugaan saya, pindah sekolah ke sini pun ternyata begitu mudah. Sudah
lama saya gelisah dengan metode pembelajaran di sekolah-sekolah kita yang
terlalu kognitif, dengan guruguru yang merasa hebat kalau muridnya bisa
dapat nilai ratarata di atas 80 (betapapun stresnya mereka) dan sebaliknya
memandang rendah terhadap murid aktif, namun tak menguasai semua subjek.

Potensi anak hanya dilihat dari nilai, yang merupakan cerminan kemampuan
mengopi isi buku dan catatan. Entah di mana keguruan itu muncul kalau
sekolah tak mengajarkan critical thinking. Kita mengkritik lulusan yang
biasa membebek, tapi tak berhenti menciptakan bebek-bebek dogmatik.

Kalau lulusannya mudah diterima di sekolah yang baik di luar negeri,mungkin
guruguru kita akan menganggap sekolahnya begitu bagus. Mohon maaf, ternyata
tidak demikian. Jangankan dibaca, diminta transkrip nilainya pun tidak. Maka
jangan heran, anak dari daerah terpencil pun di Indonesia, bisa dengan mudah
diterima di sekolah yang baik di luar negeri.

Bahkan tanpa tes. Apa yang membuat demikian? "Undang-undang menjamin semua
orang punya hak yang sama untuk belajar," ujar seorang guru di Selandia
Baru. Lantas, bukankah kualitas lulusan ditentukan input-nya? "Itu ada
benarnya, tapi bukan segala-galanya," ujar putra sulung saya yang kuliah di
Auckland University tahun ketiga.

Maksudnya,tes masuk tetap ada,tetapi hanya dipakai untuk penempatan dan
kualifikasi. Di tingkat SLTA, mereka hanya diwajibkan mengambil dua mata
pelajaran wajib (compulsory) yaitu Matematika dan Bahasa Inggris. Pada dua
mata pelajaran ini pun mereka punya tiga kategori: akselerasi, rata-rata,
dan yang masih butuh bimbingan.

Sekolah dilarang hanya menerima anakanak bernilai akademik tinggi karena
dapat menimbulkan guncangan karakter pada masa depan anak, khususnya
sifat-sifat superioritas, arogansi, dan kurang empati. Mereka hanya super di
kedua kelas itu, di kelas lain mereka berbaur.

Dan belum tentu superior di kelas lain karena pengajaran tidak hanya
diberikan secara kognitif. Selebihnya, hanya ada empat mata pelajaran
pilihan lain yang disesuaikan dengan tujuan masa depan masingmasing. Bagi
mereka yang bercita- cita menjadi dokter, biologi dan ilmu kimia wajib
dikuasai.

Bagi yang akan menjadi insinyur wajib menguasai fisika dan kimia. Sedangkan
bagi yang ingin menjadi ekonom wajib mendalami accounting, statistik,dan
ekonomi. Anak-anak yang ingin menjadi ekonom tak perlu belajar biologi dan
fisika. Beda benar dengan anak-anak kita yang harus mengambil 16 mata
pelajaran di tingkat SLTA di sini, dan semuanya diwajibkan lulus di atas
kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Bayangkan, bukankah citacita pembuat kurikulum itu orangnya hebat sekali?
Mungkin dia manusia super.Seorang lulusan SLTA tahun pertama harus menguasai
empat bidang sains (biologi,ilmu kimia, fisika, dan matematika), lalu tiga
bahasa (Bahasa Indonesia, Inggris, dan satu bahasa lain), ditambah PPKN,
sejarah, sosiologi, ekonomi, agama, geografi, kesenian, olahraga, dan
komputer.

Hebat sekali bukan? Tidak mengherankan kalau sekolah menjadi sangat
menakutkan, stressful, banyak korban kesurupan, terbiasa mencontek, dan
sebagainya. Harus diakui kurikulum SLTA kita sangat berat. Seperti kurikulum
program S-1 20 tahun lalu yang sejajar dengan program S-1 yang digabung
hingga S-3 di Amerika.

Setelah direformasi, kini anak-anak kita bisa lulus sarjana tiga tahun.
Padahal dulu butuh lima tahun. Dulu program doktor menyelesaikan di atas 100
SKS, sehingga hampir tak ada yang lulus. Kini seseorang bisa lulus doktor
dalam tiga tahun. Anda bisa saja mengatakan, dulu kita juga demikian, tapi
tak ada masalah kok!

Di mana masalahnya? Masalahnya, saat ini banyak hal telah berubah. Teknologi
telah mengubah banyak hal, anakanak kita dikepung informasi yang lebih
bersifat pendalaman dan banyak pilihan, tapi datang dengan lebih
menyenangkan. Belajar bukan hanya dari guru, melainkan dari segala
resources.

Ilmu belajar menjadi lebih penting dari apa yang dipelajari itu
sendiri,sehingga diperlukan lebih dari seorang pengajar, yaitu pendidik.
Guru tak bisa lagi memberikan semua isi buku untuk dihafalkan, tetapi guru
dituntut memberikan bagaimana hidup tanpa guru, lifelong learning.

Saya saksikan metode belajar telah jauh berubah. Seorang guru di West Lake
Boys School di Auckland mengatakan, "Kami sudah meninggalkan old ways
teaching sejak 10 tahun lalu. Maka itu, sekolah sekarang harus memberikan
lebih banyak pilihan daripada paksaan. Percuma memberi banyak pengetahuan
kalau tak bisa dikunyah. Guru kami ubah,metode diperbarui,fasilitas baru
dibangun," ujar seorang guru.

Masih banyak yang ingin saya diskusikan,tapi sampai di sini ada baiknya kita
berefleksi sejenak. Untuk apa kita menciptakan sekolah dan untuk apa kita
bersekolah? Mudahmudahan kita bisa mendiskusikan lebih dalam minggu depan
dan semoga anak-anak kita mendapatkan masa depan yang lebih baik.

 RHENALD KASALI Ketua Program MM UI

__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Berita Kapal: Temukan Berbagai Macam Lowongan Kerja Terbaru Di K...

Berita Kapal: Temukan Berbagai Macam Lowongan Kerja Terbaru Di K...: Temukan Berbagai macam lowongan kerja di kapal terbaru yg kami update hari ini untuk anda yang sedang membutuhkan pekerjaan diatas kapal....

RE: [Oil&Gas] Sertifikasi profesi: PMI ..?

 

Justru hal ini bertolak belakang dg yang saya alami sekarang ini. Mayoritas lowongan pekerjaan meminta minimal lulusan S1, setelah itu baru certifikat tertentu yg diminta. Seharusnya para mahasiswa S1 sangat bersyukur diberikan rizky yg cukup ( mungkin lebih ) hingga bisa ke jenjang S1 ( karena mahal buanget biaya kuliah S1 sekarang ). Karena dari pengalaman saya biasanya screening lamaran dilakukan pertama kali berdasar tingkat pendidikan, walaupun kadang memang mengijinkan ( req. lulusan S1 ) diisi oleh lulusan D3 namun mesti punya experience sampai puluhan tahun jadinya agak susah memang untuk lulusan D3 lolos screening awal.
 
Kalau masalah cepat dapat kerja antara D3 dg S1, memang kuota untuk lulusan D3 lebih banyak dan itu wajar, namun posisinya jarang yang tinggi / staff. Karena itu terkadang untuk mengejar posisi yang lebih tinggi wajar sekali jika para lulusan D3 mengikuti kursus-kursus tertentu penunjang karier mereka. Meski demikian dalam hal bekerja sebenarnya kualitasnya ndak jauh berbeda, tergantung individu masing-masing.
 
 
BR
Rio Hendiga


From: Migas_Indonesia@yahoogroups.com [mailto:Migas_Indonesia@yahoogroups.com] On Behalf Of Dewi Ika
Sent: Monday, October 31, 2011 9:43 AM
To: Migas_Indonesia@yahoogroups.com
Subject: [Oil&Gas] Sertifikasi profesi: PMI ..?

 

Ikutan tambahkan pemikiran

Mungkin masih bersyukur kalau sertifikasi profesi Project Management Indonesia berlaku umum untuk semua sektor dan jenis industri.
Diusahakan saja seperti itu, kalau tidak repot

Sharing dari profesi K3, dimana jika praktisi K3 yang umumnya kerja kontrak dan  pindah2 sektor industri,
harus punya sertifikasi lebih dari satu seperti :
1. AK3 umum depnaker 8jutaan
2. AK3 Migas 6-8 jutaan
3. AK3 Konstruksi , juga 6jutaan
4. Ahli Muda/Madya/Utama  dari LSP cq BSNP segitu juga
5. ada lagi nanti Ahli K3 Kimia dsb.

Permasalahan uang tidak jadi masalah karena iming2 gawean  menghutangpun dilakukan
Tapi izin seminggu lebih utk trainingnya sulit dapatka cuti meski bayar sendiri dan korbankan cuti tahunan.

Kenyataannya lebih laku sertifikasi ini daripada ijasah S1 or S2.
sampai mahasiswaku S1 bertanya "Bu, kita ambil D3 asal2an saja plus AK3 Migas, kali lebih laku (cepet kerja) ya..."
mahasiswa S2 bertanya," Setelah lulus, nilai tambah kita di industri apa bu...Dimana ada requirement perlu S2 K3?..."

Jawab saya cuma.' Ijazah tidak memberi nilai tambah, diri sendirilah yang membuatnya bernilai" (jawaban gini karena tak tahu harus jawab apa). Paling jadi dosen /peneliti  atau NGO yang prefer memilih izajah  S2/S3 dari pada sertifikasi.

Kira-kira siapa ya yang bisa jadi pemain utama agar sertifikasi ini sejalan dengan tujuan aslinya (bukan jualan semata)?

Hanya pendapat saja.

Salam
Dewi


This e-mail and any attachment are confidential and may be privileged or otherwise protected from disclosure. It is solely intended for the person(s) named above. If you are not the intended recipient, any reading, use, disclosure, copying or distribution of all or parts of this e-mail or associated attachments is strictly prohibited. If you are not an intended recipient, please notify the sender immediately by replying to this message or by telephone and delete this e-mail and any attachments permanently from your system.

__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Re: [Oil&Gas] Sertifikasi profesi: PMI ..?

 

atau bukan karena kalah bersaing di negeri sendiri Pak?

________________________________
From: Dirman Artib <dir.art@gmail.com>
To: Migas_Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Monday, October 31, 2011 7:43 PM
Subject: Re: [Oil&Gas] Sertifikasi profesi: PMI ..?

Saya tertarik buka email topik ini karena saya kira PMI = Positive Material Identification, itu tuh requirement dari Shell DEP 31.10.00.10.

Rupanya bukan masalah alloy contents test, tapi masalah sertifikasi PM Indonesia. Sebagai Engineer, saya hanya turut prihatin masalah sertifikasi di bidang Manajerial ini, makanya jadi Engineer aja lebih asyik, nggak lolos sertifikasi PII, ya bikin lolos aja sertifikasi negara lain. Simple and easy.

Salam,

d'Art.

__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indonesia-nomail@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indonesia-digest@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indonesia-normal@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indonesia-owner@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

LinkWithin2

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Jika anda merasa info ini berguna dan ingin mentraktir saya beli minuman, silahkan anda bisa mendonasikan sedikit rezeki anda dengan mengklik link dibawah ini:


Bisnis Tiket Pesawat Online

Disclaimer